Toxic Family. Punya passion berbeda dan merasa tidak ada yang mendukungmu? Terlebih lagi keluarga malah meremehkannya? Bagaimana perasaanmu? Kesel, jengkel dan kecewa bukan?
Keluarga inti yang terdiri dari ayah dan ibu merupakan tempat membentuk kepribadian pertama dari anak. Bagaimanapun sejak lahir hingga beranjak dewasa, anak akan terus berada di lingkungan tersebut.
Gambaran keluarga harmonis nan suportif merupakan idaman semua orang, siapa yang tak bahagia berada di lingkungan positif?
Karakteristik tiap keluarga berbeda-beda dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Beruntunglah anak yang berada di lingkungan positif namun bila sebaliknya malah memunculkan hambatan perkembangan mental.
Dampak dari hambatan pertumbuhan mental baru dirasakan ketika dewasa, dalam psikologi disebut dengan psikoanalisis melihat masa lalu sebagai penyebab hambatan di masa depan.
Tidak mendapatkan kehangatan dan dukungan positif di dalam keluarga karena orangtua selalu menganggap dirinya benar sehingga tak mau mendengarkan masukan anak biasa kita sebut toxic family.
Istilah tersebut merujuk pada perlakuan anggota keluarga yang saling menyakiti secara mental, fisik, psikologis dan emosi.
Kondisi keluarga kalian apakah seperti ini? Jika berarti masuk ke dalam kategori tidak baik. Kadang ada juga yang belum menyadari bahwa mereka berada di lingkungan toxic.
Waspadalah Jika Anda Berada di Lingkungan Toxic
Dilansir dari Science Of People, Orang “beracun” sangat suka mengatur kehidupan orang lain, senang berdrama dan mencari sesuatu yang salah, hobi memanipulasi dan berbohong serta merasa paling benar.
Hubungan rumah tangga yang tak sehat karena adanya batasan berlebihan sehingga kurangnya pengekspresian diri juga dapat menjadi akar dari toxic family.
Tidak semua orang memperlihatkan secara terang-terangan bahwa ia bersikap mengontrol pasangan dan anak. Ada orang yang memilih sikap pasif-agresif untuk menunjukkan sikap dominasinya.
Baca Juga : Tips Menghadapi Rekan Kerja Menyebalkan, Bagaimana Mengatasinya?
Memang merupakan tanggung jawab orangtua terhadap anak untuk mendidiknya tetapi kadang ada keluarga tidak melihat pertimbangan sang anak entah itu dari segi kebutuhan dan keinginan yang penting di mata mereka keputusan mereka pasti terbaik padahal kenyataannya belum tentu.
Anak merasa terkekang dan kurang mampu mengekspresikan diri, setiap menyampaikan pendapat pasti langsung di acuhkan.
Sehingga anak lebih suka memendam perasaannya dan menceritakan segala ke orang lain yang ia percaya.
Penyebab Toxic Family
Pemicu utama dari toxic family atau toxic parents adalah gangguan mental, tak boleh dianggap remeh situasi demikian sebab mempengaruhi perkembangan anak.
Masa kecil orangtua yang traumatis membawa luka akibat salah pola asuh atau disfungsional keluarga, luka lama yang belum terobati membuat orangtua tersebut melukai anaknya sendiri secara psikis atau fisik sehingga anak menjadi pemurung atau pemberontak.
Orangtua akan selalu berdalih serta mengatakan bahwa semua yang dilakukan ini atas dasar cinta dan kasih sayang.
Ciri-Ciri Toxic Family
Ketahuilah beberapa ciri-ciri berikut yang mungkin tak kalian sadari sebelumnya:
Orang Tua Terlalu Membatasi Anak Secara Berlebihan
Terlalu mengekang dan membatasi anak? Sadar tidak bahwa kalian itu melakukan kekerasan terhadap anak secara tak langsung. Selalu meminta anak mengikuti semua perkataan orangtua tanpa melihat kondisinya.
Perasaan takut dan kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu serta sulit mengambil keputusan karena khawatir perbuatannya tak sesuai keinginan orangtua. Jadilah anak itu berkepribadian tertutup.
Tidak Menghargai Privasi dan Jarang Mengapresiasi
Kurangnya ruang untuk mengekspresikan diri, ketika mendapatkan nilai yang cukup baik tapi tidak di apresiasi karena orangtua merasa hal tersebut biasa untuk anak seusiamu malah membuatnya semakin terpuruk.
Kebutuhan Dasar Tidak Terpenuhi
Kebutuhan akan rasa aman juga merupakan kebutuhan dasar yang harus di penuhi, coba bayangkan kalau di rumah sendiri saja sang anak sudah tak merasa aman? Tentu mereka mencari tempat aman di luar sana yang dapat mendukung dan melindungi dirinya.
Bila Ada Masalah Sering Menyalahkan Satu Sama Lain
Namanya lelah sehabis beraktivitas seharian di sekolah apalagi kalau mendapat pekerjaan rumah yang sulit pastilah menunjukkan wajah murah alih-alih ingin mendapatkan dukungan dari lingkungan keluarga tetapi malah disalahkan.
Segalanya di Ukur dengan Uang
Uang, uang dan uang hubungan antar keluarga hanya sebatas uang bukannya atas dasar cinta dan kasih sayang.
Lebih Condong ke Satu Pihak Saja (Pilih Kasih)
Orangtua suka membandingkan anak pertama dan kedua? Ini merupakan ciri-ciri toxic family selanjutnya yang harus kita perhatikan.
Dampak negatifnya ketika anak beranjak dewasa ia akan selalu membandingkan dirinya dengan oranglain dan muncul perasaan tidak berharga.
Merasa Kesepian dan Stres di Rumah
Istilah rumahku adalah surgaku tidak berlaku untuk anak yang berada di lingkungan keluarga toxic. Setiap berada di rumah perasaan kesepian dan stres terus melanda tidak ada tempat cerita setelah seharian beraktivitas.
Menuntut Anak Berlebihan
Setiap anak memiliki kecerdasan berbeda-beda ada yang pintar dalam bidang akademik dan non akademik.
Meminta anak untuk menjadi siswa berprestasi tidak salah tetapi kalian sebagai orangtua harus juga melihat kemampuan dan kelemahannya.
Namun toxic parents lebih mengutamakan dirinya sendiri menganggap anak mereka patuh dengan segala perintah yang diberikan.
Bercanda namun menjatuhkan anak? Misal memanggilnya menggunakan julukan aneh di depan umum.
Adanya Kekerasan Fisik dan Verbal
Membentak dan memukul sudah masuk ke ranah kekerasan perbuatan itu sudah tidak dapat ditolerir sekalipun orangtua mengatakan demi kebaikan anak.
Kebaikan seperti apa yang ingin kalian tunjukkan? Malah rasa trauma menimpa anak, luka batin tidak langsung hilang begitu saja.
Bagaimana Mengatasi Keluarga Beracun
Nah ini adalah bagian penting mengatasi keluarga “beracun” demi kesejahteraan hidupmu :
Tuangkan segala beban di pundakmu melalui sebuah tulisan
Merasa marah dan berpikir merasa menyesal telah dilahirkan di dunia ini? Ada hal mudah untuk sedikit mengurangi emosi negatif tersebut yaitu menulis jurnal pribadi.
Curahkan segala perasaanmu tersebut ke dalam jurnal itu, letakkan jurnal jauh dari jangkauan orangtua dan orangtua.
Tulis apapun yang membuat dirimu merasa tenang serta coba cari solusi untuk mengatasi segala permasalahan di lingkungan sekitar.
Menuliskan hal positif tentang dirimu
Percayalah bahwa dirimu begitu berharga! Semua orang pernah melakukan kesalahan termasuk orangtua dan keluarga besar. Menuliskan hal positif dalam dirimu sangat membantu meminimalisir emosi negatif.
Ingat bahwa semua yang terjadi bukanlah salahmu
Kebanyakan orang toxic akan memunculkan orang toxic lainnya, kesalahan yang orangtua lakukan itu belum tentu karena kesalahanmu jadi jangan perah memberikan label terhadap diri sendiri.
Temukan orang yang dapat dipercaya
Punya teman cerita yang dapat dipercaya? Bercerita dan sharing sangat melegakan batin, bagaimana kalau kamu tidak punya sosok tersebut? Gunakan jasa konsultasi profesional seperti psikolog atau psikiater.
Hindari masalah dengan pelaku toxic
- Bicara seperlunya
- Hindari topik pembicaraan yang memancing emosi
- Bicara dengan jelas dan seperlunya
- Segera hentikan percakapan yang memanas atau jauhi orang pembuat masalah
Semoga kita semua dijauhkan dari toxic family atau toxic parents ya sobat udesain! Demi kesehatan mentalmu.